Selasa, 27 September 2011

i am miss

hari ini kita bicara tentang beda yang sama…
hari ini kita berkata tentang tentang hati yg tak lagi satu kata..
hari ini kita berujar tentang ke “akuan” yg membeku..
dan hari ini ocehan kita terlanjur menjadi ludah yg tak mungkin kita jilat kembali…
lalu bisakah hari ini kita jadikan “diam”…
bila itu mungkin..dapatkah hari ini kita biarkan berlalu menjadi sepi…
ataukah..kita berharap saja bahwa hari ini tidaklah menjadi hari….
dan seperti biasa kita akan begitu gampang melupakan hari ini…
hari ini hampir berakhir…
kita sepakat bahwa hari ini kita adalah batu…
lalu satu yg kita pahami dan kita sama-sama paham bahwa hari ini kita tak dapat sepaham…
dan pada akhirnya..hari ini kita tahu, bahwa kita bukanlah aku..bukan kau..kalian atau mereka…
hanya hari ini..yach..sekedar sampai hari ini…


Berjalan ku tak tentu arah
Di hatiku berkemelut resah
Kulihat bunga mawar terindah
Yang tumbuh dari genangan darah
Darah dari mimpi-mimpi
Darah dari isak tangis
Para pejuang revolusi
Para pemuda negeri ini
Yang berkuasa hanya melihat
Yang berkuasa hanya terbata
Yang berkuasa hanya terdiam
Yang berkuasa ternyata hanya tertawa
Tertegun hatiku tersentak
Amarah menyala serentak
Melihat tubuh tergeletak
Diam dingin tak berdetak
Kecewa merayap di dada
Mengutuk ku pada mereka
Yang duduk terdiam disana
Menganggap dirinya Tuhan
Yang berkuasa tidak mendengar
Yang berkuasa tidak berkata
Yang berkuasa tidak bertindak
Yang berkuasa ternyata tak berkuasa
Perjuangan kami dari hati
Kami berjuang sampai nanti
Perjuangan kami tiada henti
Kami berjuang sampai akhir
Perjuangan kami kan abadi
Kami berjuang sampai mati
Yang berkuasa hanya mengelak
Yang berkuasa hanya membantah
Yang berkuasa hanya berdusta
Yang berkuasa ternyata harta semata

Ingin aku berdekatan dengannya
Mencoba menumpahkan semua rasa
Merasakan kasih yang tulus
Menumbuhkan cinta yang merekah
Menjalin kehangatan dalam cinta
Aku mencoba untuk tidak meragu
Aku yakinkan diri bahwa kau ada
Tapi ternyata kau tak ada
Aku merasa jauh
Padahal kau dekat
Aku merasa sendiri
Walau kau ada disisi
Aku merasa kau tak ada
Padahal kau ada
Aku tak merasakan cinta
Walau kau mencinta
Hampa rasanya cinta
Seperti tak ada ketulusan
Jengah rasanya diri ini
Ketika hati merasakan yang tak pasti
Adakah ketulusan dalam diri?
Untuk bisa mengerti
Adakah keikhlasan dalam hati?
Untuk bisa melepaskan “Hampa”


Aku sadar
bahwa aku seorang pengecut
jiwaku penakut
dan kini semua terasa hambar
Masa lalu adalah pelarianku
entah mengapa selalu begitu
Tapi izikan aku tuk lantunkan nada rindu
entah untuk ke berapa kali
Kepingan memori terasa indah di hati
kini alam fikirku mencoba merangkai kembali
menjadi mozaik yang menentramkan hati
Semua terasa lepas
tanpa beban dan sangat ringan
tiada lelah langkah kaki meski telah beratus kali kuderapkan
diselingi tawa riang
Mungkinkah kembali kuraih
damparan permata itu
memancarkan sinar berkilauan
meski langkahku tak seriang dulu?

Air itu bening warnanya
namun itupun tidak selamanya bening,
bisa saja air itu berubah warnanya,
mungkin tercampur dengan sesuatu,
apabila air itu tercampur dengan warna indah pasti akan terlihat indah,
namun sebaliknya
jika tercampur dengan warna keruh
pasti terlihat tidak indah,
begitu pula dengan kehidupan,
jika kita bawa dengan penuh canda tawa,
pasti akan terasa indah,
namun sebaliknya jika kita bawa dalam kesedihan dan kepedihan,
pasti akan terasa tidak indah,
so. .buatlah hidup itu selalu penuh bahagia,seperti air jernih yang terus mengalir.

Kerinduan ini…
Ku sematkan di antara azan dan iqomah..
Ku pintal dengan benang munajat…
Ku kirim lewat suara-suara azan
AyahIbu
Bertabur buliran bening dalam mahkota pipi anakmu
Berharap ketika tangan berlumur durhaka ini mengusap buliran bening itu,
Kalian terekam dalam retinaku,.
Begitu membara api rindu ini!
Kekeringan di gurun orang,
Tentang sebuah kerinduan
Gulungan rindu ini semakin besar karena waktu,.
Tapi…
Ombak kerinduan ini tak boleh mengulung cita-citaku!
ku yakin jika kalian tahu,
pasti bebatuan kecewa akan menhujam diriku..
ku tahu….
kerinduan kalian amat sangat besar
kalian mampu menyembunyikannya diantara kuluman senyum,
Ibu…Ayah
Ku pastikan padamu kerinduan ini tak mengecewakan kalian…
Akan kubawa gulungan rindu ini pada hamparan penantianmu..
Bersama gelar yang kubangun di negeri orang…




Tidak ada komentar:

Posting Komentar