Selasa, 27 September 2011

untuk mu ibu

butir air mata menumpuk dipelupuk matamu
jelaskan rasa,saat kau baca baris baris cinta dari sang pendosa
kuusapkan, telapak tanganku pada pipimu yang pucat
kurasakan, dadaku semakin sesak dan ngilutak ada yang bisa kuucapkan hari ini
seperti malam malam kemarin,
bersama cahaya kejora dimalam itu
aku hanya terdiam bisu
ingin aku berkata
aku cinta kamu
namun, bibir ini terkatup rapat. tercekat
kurasa getaran merangkak diujung jari jariku yang kaku
sungguh! aku pendosa bodoh yang tak pandai bicara
untuk sekedar bicarakan cinta
biarlah, cinta ini kupendam dalam sepi
hingga kutemukan tangga pelangi untuk menujumu.


senja ini kejora hadir sendiri
menatapnya membuatku gelisah
resah jika ia menangis
khawatir karena matanya memerah
layaknya angin di atas bukit
ia selalu hadir walaupun berganti
tak peduli hadirnya menyakiti
ia hanya ingin dianggap berarti
seperti laut setia melukis langit
membagi kehidupan silih berganti
melantunkan melodi di sela mimpi-mimpi
kau memberi warna di hidupku
walau kau bukan pelangi di langit ku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar